Bukan Soal #Kapitalisme, #Kebangkitan #Ekonomi #Rakyat Sebuah Keharusan #KS212 #Spirit212

Berikut salah satu pemikiran Ust. Syafii Antonio, Anggota KEIN, Ketua #KS212 (sumber)

Dalam Islam, asmaul husna adalah nama-nama Allah SWT yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti yang baik atau yang indah jadi Asmaul husna adalah nama-nama milik Allah SWT yang baik lagi indah. Asmaul husna adalah atribut milik Allah sekaligus merupakan hak prerogatif-Nya. Sehingga mustahil ada makhluk yang mampu “memiliki” atau “melaksanakan” asmaul husna.

Hal ini didasari bahwa manusia sangat berbeda dengan Allah dalam semua dimensi. Dia adalah Khāliq sedangkan  manusia adalah makhluk. Dia memberi tanpa henti, manusia malah meminta tanpa henti. Dia tidak pernah tidur dan tidak pula mengantuk, manusia butuh tidur dan terkena kantuk. Dia tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan, manusia dilahirkan serta melahirkan (bagi perempuan). Dia tidak pernah sakit dan tidak mengeluh kesulitan, manusia sakit dan berkeluh kesah. Dia Maha Kuasa, manusia sangat lemah. Dia hidup dan tidak pernah mati, sedangkan manusia hidup sejenak dan mati.

Meskipun demikian, karena kemurahan dan kelembutan Allah SWT, manusia diberi kesempatan untuk menjadikan asmaul husna sebagai “tools” atau sarana dalam mendekatkan diri kepada-Nya.

Sebagaimana di firman-Nya dalam QS. Al-Arāf [7]: 180:

“Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan (menyebut) nama-nama itu.”

Berdoa dengan Asma-Nya

Dalam prosesi berdoa, terdapat etika tersendiri yang harus diperhatikan, termasuk saat memilih kata-kata (kalimat) yang disampaikan. Tetapi, selama kalimat permohonan tersebut (doa) tidak mengandung unsur syirik (mempersekutukan Allah) atau tujuan keburukan, seseorang boleh berdoa menggunakan kalimat sendiri. Meskipun demikian, berdoa dengan menyertakan ayat-ayat Al-Quran, hadits Nabi Muhammad saw., atau doanya para ulama, tetap jauh lebih utama ketimbang berdoa dengan hanya menggunakan kalimat sendiri.

Jika digambarkan dalam bentuk piramida maka akan ada 4 bentuk redaksi doa:

Doa yang berasal dari ayat-ayat Al-Quran adalah doa yang bersumber dari kitab suci, yang dijaga kesucian dan kemuliaannya oleh Allah. Doa-doa yang bersumber dari Al-Quran ini diajarkan langsung oleh Allah SWT, dicontohkan oleh para nabi dan rasul, serta orang-orang saleh.

Doa yang berasal dari hadits merupakan doa yang langsung dicontohkan Rasulullah saw. Keteladanan beliau dalam berdoa dan beribadah patut dicontoh oleh kita sebagai umatnya.

Doa yang berasal dari ulama adalah doa yang diajarkan ulama sebagai pewaris para nabi dan rasul. Para ulama saleh adalah model yang patut pula untuk diteladani.

Doa dengan menggunakan redaksi orang yang berdoa itu sendiri sesuai dengan gejolak isi hatinya.

Dalam berdoa, asmaul husna adalah tools (sarana) yang paling mudah, praktis dan lengkap untuk mengundang divine intervention. Karena berbeda dengan doa-doa lainnya, penyebutan asmaul husna memiliki kelebihan dalam mengundang “keterlibatan Allah” antara lain:

Asmaul husna adalah nama nama Allah yang indah dan luhur seperti Ar-Rahmān ( Maha  Penyayang) Ar-Rahīm (Maha Pengasih). Allah menyuruh kita untuk bermunajat kepada-Nya menggunakan nama-nama-Nya yang indah dan luhur.

Asmaul husna adalah cerminan dari sifat-sifat Allah yang terpuji sepeti Asy-Syakūr (Maha Berterimakasih), As-Shabūr (Maha Sabar) dan At-Tawwāb (Maha Penerima Taubat). Dengan menghayati asmaul husna, kita diminta untuk belajar berakhlak  mulia dan berperilaku luhur.

Asmaul husna mengandung nama dan sifat-sifat Allah yang memberikan perlindungan seperti Al-Qawiyy (Maha Kuat), Al-Matīn (Maha Kokoh) Al-Jabbār (Maha Perkasa). Sehingga, siapa pun yang ditolong-Nya pasti akan merasa tentram dan terlindungi.

Asmaul husna juga memungkinkan semua hamba untuk mengadukan dan menyampaikan keluh kesah kepada Tuhannya karena Dia lah As-Samī (Maha Mendengar), Al-Bashīr (Maha Melihat) dan Al-Lathīf (Maha Lembut).

Asmaul husna juga mencakup sifat-sifat Allah yang harus diteladani manusia meskipun dalam dimensi yang berbeda. Allah bersifat Al-Alīm (Maha Mengetahui) yang mengisyaratkan hamba-Nya untuk terus menimba ilmu, menggali informasi, membaca, dan rajin ke seminar serta terus meningkatkan kompetensi. Allah bersifat Al-Wāsi (Maha Luas) yang memberikan dorongan kepada hamba-Nya untuk berpandangan luas, berlapang dada dan tidak cepat menyerah karena kesempatan dari Allah senantiasa terbentang luas.

Sudut pandang yang lain:
Share on Google Plus

About Admin2

Aksi damai yang digelar jutaan umat Islam di Monas, Jakarta ternyata memberi kesan indah merupakan aksi damai Pancasila; Yakni aksi yang religi, diisi ibadah, damai, bermoral tinggi, saling menghargai antara peserta dan aparat keamanan, saling bantu antara peserta aksi dan masyarakat.

0 comments:

Post a Comment

loading...