Sebelum NU dideklarasikan, lebih dulu cikal bakalnya adalah semangat ekonomi dan semangat perdagangan yaitu ketika didirikannya organisasi bernama Nahdlatut Tujjar pada tahun 1914.
Hal itu ditegaskan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj ketika menyampaikan sambutan dalam pembukaan kegiatan NU Expo 2016 di JX Internasional Surabaya, Rabu (21/12). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama.
“Nahdlatut Tujjar, kebangkitan para pedagang santri. Jadi kebesaran NU ini dimulai dengan kebangkitan para saudagar dan para pedagang di kalangan pesantren,” tegas Kiai Said.
Gerakan ekonomi NU, menurutnya, tidak lepas dari gerakan ekonomi rakyat. Namun, NU tidak pernah disapa bahkan tidak pernah diajak selama 32 tahun pada era Orde Baru.
“Maka terjadi ketimpangan krisis yang luar biasa sehingga pembangunan berjalan sangat pincang dan mengakibatkan kesenjangan yang sangat lebar,” ujarnya.
Saat itu, imbuh Kiai Said, bahkan hingga saat ini perekonomian hanya didominasi segilintir orang. Hal itu yang tidak diridhoi Allah. Al-Qur’an mengatakan, silakan membangun perdagangan dan perusahaan yang besar tetapi syaratnya harus ada pemerataan ekonomi.
“Jangan sampai sumber daya dan kekayaan alam ini hanya dinikmati oleh konglomerat saja. Banyak program seperti KUR misalnya pada era SBY tidak mengakomodasi rakyat kecil,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Jakarta ini.
Kiai Said berharap, semoga pada era Jokowi ini, ada perubahan cukup besar sehingga pengusaha kecil naik menejadi kelas menengah dan besar sehingga ada pemerataan dan menikmati bersama pembangunan yang semakin berkembang.
“NU Expo ini sebagai jawaban dari NU bahwa kita mampu bersama komponen yang lain untuk membangun UKM dan meningkatkan usaha-usaha kelas menengah,” terangnya.
Agenda NU Expo melibatkan pengusaha dari pesantren, komunitas santri dan jaringan usaha dari swasta maupun pemerintah (BUMN) untuk meningkatkan kualitas pengusaha dari pesantren, memperluas jaringan distribusi, serta meningkatkan kualitas-kreatifitas produk.
NU Expo merupakan agenda untuk mempertemukan jaringan pengusaha nasional dengan pelaku usaha rakyat. Ratusan pengusaha swasta, lembaga perbankan, BUMN, dan pelaku UMKM terlibat dalam perhelatan ini.
Ketua Panitia NU Expo 2016, Jaenal Effendy mengatakan, ada sebanyak 188 stan yang mengisi kegiatan hingga Sabtu (24/12) itu.
“Banyak jenis produk yang meramaikan NU Expo kali ini. Mulai dari produk fashion, UMKM, jasa, perbankan, teknologi, kuliner khas daerah, dan lain-lain,” jelas pria yang juga Wakil Ketua LPNU Pusat ini. (NUonline)
Hal itu ditegaskan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj ketika menyampaikan sambutan dalam pembukaan kegiatan NU Expo 2016 di JX Internasional Surabaya, Rabu (21/12). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama.
“Nahdlatut Tujjar, kebangkitan para pedagang santri. Jadi kebesaran NU ini dimulai dengan kebangkitan para saudagar dan para pedagang di kalangan pesantren,” tegas Kiai Said.
Gerakan ekonomi NU, menurutnya, tidak lepas dari gerakan ekonomi rakyat. Namun, NU tidak pernah disapa bahkan tidak pernah diajak selama 32 tahun pada era Orde Baru.
“Maka terjadi ketimpangan krisis yang luar biasa sehingga pembangunan berjalan sangat pincang dan mengakibatkan kesenjangan yang sangat lebar,” ujarnya.
Saat itu, imbuh Kiai Said, bahkan hingga saat ini perekonomian hanya didominasi segilintir orang. Hal itu yang tidak diridhoi Allah. Al-Qur’an mengatakan, silakan membangun perdagangan dan perusahaan yang besar tetapi syaratnya harus ada pemerataan ekonomi.
“Jangan sampai sumber daya dan kekayaan alam ini hanya dinikmati oleh konglomerat saja. Banyak program seperti KUR misalnya pada era SBY tidak mengakomodasi rakyat kecil,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Jakarta ini.
Kiai Said berharap, semoga pada era Jokowi ini, ada perubahan cukup besar sehingga pengusaha kecil naik menejadi kelas menengah dan besar sehingga ada pemerataan dan menikmati bersama pembangunan yang semakin berkembang.
“NU Expo ini sebagai jawaban dari NU bahwa kita mampu bersama komponen yang lain untuk membangun UKM dan meningkatkan usaha-usaha kelas menengah,” terangnya.
Agenda NU Expo melibatkan pengusaha dari pesantren, komunitas santri dan jaringan usaha dari swasta maupun pemerintah (BUMN) untuk meningkatkan kualitas pengusaha dari pesantren, memperluas jaringan distribusi, serta meningkatkan kualitas-kreatifitas produk.
NU Expo merupakan agenda untuk mempertemukan jaringan pengusaha nasional dengan pelaku usaha rakyat. Ratusan pengusaha swasta, lembaga perbankan, BUMN, dan pelaku UMKM terlibat dalam perhelatan ini.
Ketua Panitia NU Expo 2016, Jaenal Effendy mengatakan, ada sebanyak 188 stan yang mengisi kegiatan hingga Sabtu (24/12) itu.
“Banyak jenis produk yang meramaikan NU Expo kali ini. Mulai dari produk fashion, UMKM, jasa, perbankan, teknologi, kuliner khas daerah, dan lain-lain,” jelas pria yang juga Wakil Ketua LPNU Pusat ini. (NUonline)
0 comments:
Post a Comment